Abstract:
Gedung Sate adalah kantor Gubernur Jawa Barat yang terletak di Kota
Bandung, Indonesia. Gedung ini memiliki ciri khas berupa arsitektur lokal dan
non lokal. Gedung Sate mulai dibangun pada tahun 1920 oleh beberapa tokoh
arsitek yang merupakan bagian tim arsitek dalam merancang Gedung Sate seperti
Ir. E. H. De Roo, Ir. G. Hendriks, dan Ir. J. Gerber telah mengklaim bahwa Gedung
Sate di rancang dengan menciptakan identitas arsitektur yang unik dengan
menggabungkan elemen Nusantara dan eropa. Untuk memperkuat pernyataan
tersebut, terdapat penelitian yang dilakukan Dr. Ir. Purnama Salura terkait sintesis
elemen lokal dan non lokal Gedung Sate dan mendapatkan fakta sesuai pernyataan
arsitek gerber. Gedung ini berfungsi sebagai kantor pemerintahan Belanda pada
masa itu. Setelah Indonesia Merdeka, fungsi bangunan tersebut menjadi kantor
pemerintahan bandung. Arsitektur Gedung Sate menggabungkan gaya Nusantara
dan eropa sehingga menjadi simbol perjuangan serta kekayaan budaya Indonesia.
Penggabungan ini dilakukan dengan menyesuaikan elemen – elemen yang ada
pada ilmu arsitektur dengan lingkunganya untuk beradaptasi. Maka dari itu,
penelitian ini bertujuan mengurai elemen dasar arsitektur pada Gedung Sate dan
mengetahui klasifikasi keNusantaraanya menurut Prof Josef Prijotomo. Penelitian
ini dilakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif yang menyelidiki data
lapangan & penelitian sebelumnya yang kemudian di dukung / diperkuat oleh
literatur dengan menganalisis, menemukan dan menggambarkan kebenaran yang
terungkap pada objek penelitian. Analisa yang dilakukan penelitian ini dilakukan
dengan membedah objek penelitian menggunakan teori elemen dasar arsitektur
menurut Simon Unwin. Setelah dibedah akan dilakukan analisa dan klasifikasi
keNusantaraan dengan pemikiran Prof Josef Prijotomo. Kesimpulan dari analisa
penelitian ini mendapatkan bahwa gedung sate termasuk klasifikasi Nusantara
laten dengan unsur Nusantara tropis dan dominan atap dengan presentase 25 %