Abstract:
Rumah Etnis Tionghoa mulai terancam hilang, termasuk di Tangerang Raya. Bahkan di Kampung Cipari, Panongan, Tangerang hanya ada satu rumah Tionghoa yang tersisa yang masih memiliki ciri khas asli. Ini menunjukkan bahwa kedepannya rumah Tionghoa akan semakin sulit untuk ditemukan. Kampung Tionghoa di Kampung Cukanggalih dipilih sebagai objek penelitian karena kampung ini memiliki nilai budaya Tionghoa yang penting untuk dilestarikan. Selain itu, di kampung ini terdapat vihara yang dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat Cukanggalih, yang mana semakin menambah keunikan pada pola permukiman Kampung Cukanggalih. Maka dari itu, penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui pola permukiman Kampung Tionghoa di Kampung Cukanggalih dan akan mengaitkannya dengan teori pola spasial permukiman dari Roger Trancik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dimana data akan diolah dalam bentuk narasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis mendapat kesimpulan bahwa pola permukiman yang terbentuk di Kampung Tionghoa di Kampung Cukanggalih terbentuk dari aspek fisik sebagai komponen utama dan didukung oleh aspek sosial budaya Tionghoa. Pola permukiman di Kampung Tionghoa di Kampung Cukanggalih merupakan kombinasi dari pola linier dan terpusat. Pola terpusat terbentuk akibat dari ajaran Taoisme yang berkembang di kampung ini. Selain itu, menerapkan Feng Shui ke dalam desain kampung juga bagian dari ajaran Taoisme. Dengan demikian, pada akhirnya perlu dipelajari pola permukiman dan kebudayaan yang sudah ada untuk dapat dijadikan sebagai pengetahuan serta bahan pertimbangan bagi masyarakat dan pemerintah setempat dalam merencanakan kawasan agar permukiman etnis Tionghoa di kampung Cukanggalih tetap terlestari. Walaupun kampung ini akan mengalami perkembangan suatu saat nanti, namun karakteristik asli harus tetap dipertahankan.