Abstract:
Investasi sudah menjadi hal populer di kalangan generasi muda. Salah satu
jenis investasi yang paling digemari generasi muda adalah instrumen
investasi saham. Investasi tidak hanya berbicara mengenai return yang
diharapkan melainkan juga risiko yang dihadapi dalam pembentukan
portofolio. Optimasi portofolio modern dimulai dari model mean-variance
yang dikembangkan oleh Harry Markowitz pada tahun 1952 dan
berkembang hingga sekarang. Salah satu perkembangan dari model
Markowitz adalah model mean-Value-at-Risk. Penelitian ini memiliki
tujuan mengetahui return dan variansi aset tunggal yang dipilih menjadi
portofolio, mengetahui bobot efisien saham terpilih yang dibentuk menjadi
portofolio, mengetahui nilai ekspektasi return portofolio, standar deviasi
portofolio, dan VaR portofolio serta membandingkan model meanvariance milik Markowitz dan model mean-Value-at-Risk secara
keseluruhan. Saham yang dipilih dalam penelitian ini adalah 5 saham LQ
45 yang memiliki nilai sharpe ratio terbesar berdasarkan sektor usaha
perusahaan yang menjadi favorit generasi muda. Pada penelitian ini, model
mean-variance Markowitz dan mean-VaR memiliki pembobotan yang
identik satu sama lain. Saham ARTO memiliki bobot sebesar 12%, saham
BRIS memiliki bobot sebesar 17,9%, saham MDKA memiliki bobot
sebesar 23,8%, saham AMRT sebesar 29,6%, dan saham ESSA sebesar
16,7% dari keseluruhan portofolio. Ekspektasi return portofolio, standar
deviasi, dan VaR portofolio berturut-turut sebesar 0,142%, 1,97%, dan 3,1%
Model Mean-Variance dan mean-VaR memiliki perbedaan dalam
menghitungkan rasio dengan nilai risiko yang dihasilkan model mean-VaR
lebih besar dibandingkan dengan model mean-variance. Dalam
perhitungan risiko, model mean-variance dan mean-VaR saling
melengkapi informasi sehingga dapat mengetahui jangkauan risiko dalam
suatu portofolio.