Abstract:
20162320009 - Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan alam.
Hipotesis biophilia menjelaskan bahwa manusia dapat berkembang lebih baik
pada lingkungan yang memiliki koneksi dengan alam. Dalam dunia arsitektur,
pendekatan desain berdasarkan biophilia dikenal sebagai desain biophilic.
Pendekatan ini menjelaskan hubungan dua arah antara manusia dengan alam dapat
mempengatuhi kualitas hidup manusia, terkait fisiologis maupun psikologis. Pada
kawasan perkotaan, gaya hidup modern yang dinamis dan serba cepat telah
mendorong degradasi sistem alam dan semakin memisahkan manusia dengan
alam. Kemudian bagaimana penerapan desain biophilic pada bangunan di
kawasan perkotaan? Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,
dengan analisis melalui dua tahap yaitu eksplanasi dan interpretasi. Pada
penelitian ini diuraikan pola-pola desain biophilic pada hunian sewa tingkat
rendah di beberapa kawasan perkotaan, antara lain; Rumah Beranda di Jakarta
Selatan, Kos Keputih Jilid 2 dan C Guesthouse di Surabaya, serta Ruang Tekuni
di Kuta. Hasil temuan pada penelitian menjelaskan bahwa, meskipun dengan
lahan terbatas di tengah kota, pendekatan ini tetap bisa dicapai dengan pengolahan
ruang yang tepat. Pendekatan biophilic dapat dicapai dengan memperbanyak
bukaan untuk penghawaan dan pencahayaan alami, menanam tanaman di dalam
ruang, dan penggunaan material alami pada elemen bangunan.